Kembali
BBRI - Bank Rakyat Indonesia (Persero)

BBRI laba bersih naik 25% menjadi Rp 13,01 triliun pada 3Q2012

Bank Rakyat Indonesia (BBRI) membukukan kenaikan laba bersih per September 2012 sekitar 25% YoY menjadi Rp 13,01 triliun dibandingkan sebelumnya Rp 10,43 triliun. Pertumbuhan laba bersih dipengaruhi oleh penurunan beban operasional selain bunga bersih sebesar 20,53% menjadi Rp 10,41 triliun dari Rp 13,10 triliun. Pendapatan bunga bersih sebesar Rp 25,97 triliun dari Rp 25,69 triliun per September 2011. Penyaluran kredit BRI per September 2012 naik 12,13% menjadi Rp 318 triliun dari posisi per Desember 2011 sebesar Rp 283,58 triliun. Perolehan Dana Pihak Ketiga (DPK) meningkat 20,48% menjadi Rp 373,14 triliun dibandingkan dengan akhir 2011 sebesar Rp 309,71 triliun. DPK itu bersumber dari giro Rp 68,11 triliun, tabungan Rp 158,63 triliun, dan simpanan berjangka sebesar Rp 146,38 triliun. Namun rasio penyaluran kredit terhadap DPK (LDR) per September 2012 turun menjadi 85,23% dari 89,06% per September 2011. r Peningkatan pada laba Bank Rakyat Indonesia (BBRI) disumbang dari pertumbuhan fee based income triwulan III 2012 sebesar Rp 5,3 triliun dari sebelumnya sebesar Rp 3,8 triliun atau naik 39,4% YoY. Pertumbuhan tersebut diperoleh dari jasa pembayaran serta fee ATM. Penambahan e-channel yang meliputi penambahan ATM meningkat dari 6.733 unit pada triwulan III tahun 2011 menjadi 11.623 unit di triwulan III 2012. Penambahan EDC juga meningkat pesat dari 18.030 unit di triwulan III 2011 menjadi 37.507 unit di triwulan III 2012. Pengembangan jaringan unit kerja mengalami peningkatan dari 7.738 kantor pada triwulan III 2011 menjadi 8.888 kantor di triwulan III 2012. r Bank Rakyat Indonesia (BBRI) memperkirakan kredit akan tumbuh sebesar 18%-20% hingga akhir tahun 2012. Perseroan akan berhati-hati dalam melakukan ekspansi kredit dengan mengkaji dampak krisis global yang terjadi di Eropa dan Asia. r Bank Rakyat Indonesia (BBRI) mencatat, total nilai kredit macet hapus buku sejak perseroan berdiri hingga kini mencapai Rp 13 triliun. Nilai tersebut selama ini tidak dapat dihapustagihkan karena bertentangan dengan UU No. 49 Tahun 1960 tentang Piutang Negara. Dengan adanya keputusan MK bahwa piutang BUMN tidak termasuk piutang negara, perseroan berkesempatan melakukan hapus tagih. BBRI berharap tingkat pemulihan (recovery rate) dari Rp 13 triliun kredit macet yang sudah dihapus buku itu dapat mencapai 25-30%.

Related Research

Banking & Finance
BBRI - Expecting Stronger Impact From The Synergy
Akhmad Nurcahyadi 29 November 2022 Lihat Detail
Banking & Finance
BBRI - Value Beyond Profit
Akhmad Nurcahyadi 09 Februari 2023 Lihat Detail
Banking & Finance
BBRI - 2023 earnings greater than ours and consensus
Akhmad Nurcahyadi 31 Januari 2024 Lihat Detail