Back
Poultry

JPFA - Pinning hopes on normalized demands

Devi Harjoto, Alfiansyah 19 May 2022

Laba bersih JPFA turun 29,7% YoY pada 1Q22 menjadi Rp603,7 miliar Peningkatan moblitas dapat mendorong segmen DOC dan broiler Rekomendasi “BUY” dengan target harga Rp1,720 per saham Kenaikan beban pokok menyebabkan penurunan laba bersih Laba bersih JPFA turun 29,7% YoY pada 1Q22 menjadi Rp603,7 miliar (+17,2% QoQ). Penurunan laba bersih YoY ditengah kenaikan beban pokok yang lebih tinggi 25,6% YoY pada 1Q22 ditengah kenaikan material dan beban pengapalan, sedangkan pendapatan tumbuh 12,9% YoY (+0,7% QoQ). Sehingga, GPM menurun dari 25,9% pada 1Q21 menjadi 17,6% pada 1Q22. Namun, beban operasional berhasil diturunkan 22,5% YoY pada 1Q22 ditengah penurunan beban umum dan administrasi akibat premi opsi dan amortisasi. Sedangkan, beban lain-lain juga turun 97,2% YoY karena penurunan biaya sewa. Akan tetapi, margin operasional tetap menurun dari 12,4% pada 1Q21 menjadi 8,3% pada 1Q22. Adapun, JPFA mencatatkan kenaikan beban keuangan 23,6% YoY pada 1Q22. Dari segi neraca, net gearing turun QoQ dari 0,74% pada 2021 menjadi 0,67% pada 1Q22. Penurunan margin pada segmen utama Perolehan pendapatan JPFA para 1Q22 didorong oleh segment poultry breeding, animal feeds dan commercial farm ditengah kenaikan volume penjualan. Segmen poultry breeding berkontribusi 15,0% terhadap penjualan pada 1Q22, meningkat dari 12,7% pada 1Q21. Sedangkan, segmen animal feeds relative stabil pada 29,2% pad 1Q22. Kemudian, kontribusi commercial farm menurun dari 39,0% pada 1Q21 menjadi 37,5% pada 1Q22. Akan tetapi, dari segi margin, segmen poultry breeding menurun dari 34,8% pada 1Q21 menjadi 20,2% pada 1Q22. Penurunan margin juga diikuti segmen animal feeds dari 10,9% pada 1Q21 menjadi 7,5% pada 1Q22. Adapun, segmen commercial farm juga berkurang dari 5,7% pada 1Q21 menjadi 1,4% pada 1Q22. Inflasi menjadi tantangan utama Kami memproyeksikan pendapatan JPFA dapat tumbuh hingga 9% pada 2022, terutama dari segi volume ditengah peningkatan daya beli dan restriksi mobilitas yang melonggars sehingga dapat mendorong DOC dan broiler. Kami melihat performa secara QoQ dapat meningkat pada 2Q22 ditengah adanya puasa dan lebaran. Akan tetapi, kami melihat adanya resiko dari 1) kenaikan harga bahan baku akibat kenaikan harga komoditas lunak seperti jagung dan kedelai ; 2) inflasi komoditas energy karena konflik geopolitik Rusia-Ukraina yang dapat mendorong biaya shipping dan logistik; 3) kenaikan suku bunga secara agresif yang dapat mendorong USD dan 4) inflasi domestic yang lebih tingg dibandingkan tahun lalu dapat menurunkan daya beli. Selain itu, kami memandang pengendalian inflasi yang dilakukan pemerintah dapat berdampak terhadap kebijakan stabilisasi supply-demand dari pemerintah. Rekomendasi “BUY”, posisi sebagai perusahaan pakan ternak terintegrasi Kami mempertahankan rekomendasi BUY saham JPFA dengan target harga Rp1,720 per saham, yang merefleksikan PE 2022E pada 7,69x. Rekomendasi kami ini didasari dengan pertimbangan sebagai berikut: 1) peningkatan mobilitas dan daya beli masyarakat terutama menjelang puasa dan lebaran; 2) bisnis JPFA yang terintegrasi sehingga beban dapat lebih efisien; 3) neraca JPFA yang cukup kuat. Namun, kami masih mencatat beberapa resiko yakni 1) inflasi bahan utama terutama dari jagung dan kedelai; 2) komoditas energy; 3) depresiasi Rupiah terhadap dolar AS setelah adanya peningkatan suku bunga; 4) permintaan yang lebih lemah daripada proyeksi; dan 5) oversupply yang lebih tinggi dibandingkan proyeksi.

Download

Related Article

JPFA - Japfa Comfeed Indonesia
JPFA komitmen serap jagung lokal
17 February 2017 See Detail
JPFA - Japfa Comfeed Indonesia
RUPS JPFA setujui bagi dividen 2016 sebesar Rp 50/saham
06 April 2017 See Detail
JPFA - Japfa Comfeed Indonesia
JPFA anggarkan belanja modal Rp 1 triliun dari obligasi
See Detail