BBNI - Gaining momentum from recovery
Laba bersih tumbuh 75,1% YoY pada 1H22 menjadi Rp8,80trn Mempertahankan proyeksi pertumbuhan kredit 8-9% YoY pada 2022 Rekomendasi “BUY” dengan target harga Rp10.600 per saham Peningkatan laba bersih dari penurunan provisi Laba bersih BBNI naik 75,1% YoY pada 1H22 menjadi Rp8,80 triliun. Kenaikan laba bersih BBNI ditopang oleh penurunan biaya provisi sebesar 34,6% YoY pada 1H22 menjadi Rp6,40 triliun. Sehingga, PPOP BBNI meningkat 6,8% YoY pada 1H22 menjadi Rp17,24 triliun. Adapun, pendapatan bunga bersih naik 1,5% YoY pada 1H22 menjadi Rp19,61 triliun akibat penurunan beban bunga 0,9% YoY. Akan tetapi, NIM BBNI turun dari 4,9% pada 1H21 menjadi 4,7% pada 1H22 utamanya akibat penurunan blended loan yield. Adapun, CoF juga turun dari 1,7% pada 1H21 menjadi 4,7% pada 1H22 karena pemotongan suku bunga TD yang berlanjut. Kemudian, non-interest income bertumbuh 11% YoY pada 1H22 secara umum ditopang oleh pertumbuhan hasil investasi, perdagangan kurs dan derivatif. Sementara itu, beban operasional naik 7,5% YoY pada 1H22 dengan CIR sedikit turun dari 40,7% pada 1H21 menjadi 40,4% pada 1H22. Kualitas asset dan pertumbuhan kembali prima Kredit BBNI tumbuh 8,9% YoY pada 1H22 menjadi Rp620,4 triliun, terbantu oleh segmen korporasi swasta yang tumbuh 14,7% YoY, disusul oleh kredit UMKM dan kredit konsumsi dari payroll. Dari segi kualitas aset, NPL berkurang dari 3,9% pada 1H21 menjadi 3,2% pada 1H22 seiring dengan perbaikan makro ekonomi, yang terlihat dari LAR yang juga menurun dari 25,9% pada 1H21 menjadi 19,6%, juga SML dari 5,9% menjadi 4,6%. Sedangkan, restrukturisasi covid-19 juga turun menjadi 10,2% terhadap kredit. NPL coverage meningkat dari 215,3% pada 1H21 menjadi 263,3% pada 1H22. Sementara itu, likuiditas masih terjaga dengan LDR berada pada 90,1% pada 1H22 dibandingkan 87,8% pada tahun lalu. Dari segi permodalan, CAR solid dengan 18,4% pada 1H22, meningkat dibandingkan 18,2% tahun sebelumnya. Kenaikan suku bunga belum berdampak tahun ini Kami mempertahankan perkirakan kami atas pertumbuhan kredit BBNI pada tahun ini mencapai 8-9% YoY, seiring dengan pemulihan ekonomi nasional, terutama untuk segmen korporasi dan konsumsi. Adapun, kami melihat bahwa kenaikan suku bunga BI tahun ini kemungkinan mulai berdampak mulai tahun depan. Namun, kami melihat perbankan akan cenderung berhatihati untuk mentransmisikan ke suku bunga kredit untuk membantu menjaga kualitas aset. Maka, BBNI cenderung akan mendorong efisiensi dari segi cost of fund terutama fokus kepada transaksi ritel dan wholesale melalui platform digital. Di sisi lain, likuiditas masih cukup terjaga, sehingga, kami memperkirakan NIM dapat terjaga pada kisaran 4,6-4,7% pada akhir tahun. Dengan pulihnya daya beli dan pandemic yang dapat segera berakhir, kami memperkirakan cost of credit BBNI dapat berkurang menjadi 1,9%-2,0% pada tahun ini. Rekomendasi “BUY” ditengah fundamental BBNI yang solid Kami merekomendasikan BUY untuk saham BBNI dengan target harga Rp10.600 per saham, yang mencerminkan valuasi PBV 2022E-2023E pada 1.22x dan 1.10xx. Adapun, beberapa dasar atas rekomendasi kami yakni 1) pertumbuhan kredit yang terjaga; 2) kualitas aset dan restrukturisasi yang melandai; 3) efisiensi melalui digitalisasi sehingga dapat menekan CoF; 3) likuiditas dan permodalan yang kuat; dan 4) valuasi yang menarik. Adapun, kami mencatat beberapa resiko yakni 1) kenaikan inflasi akan berdampak terhadap daya beli sehingga dapat berdampak terhadap kualitas aset; dan 2) kenaikan suku bunga yang lebih tinggi dibandingkan perkiraan sehingga dapat berdampak terhadap petumbuhan kredit dan dapat berpengaruh terhadap NIM jika likuiditas berkurang.
Unduh