UNVR akan bagikan dividen Rp 634 per saham, bantah akan stock split, anggarkan capex 2013 Rp1 triliu
Unilever Indonesia (UNVR) membagikan dividen total sebesar Rp 634 per saham kepada pemegang saham dengan pay out ratio dividen 100% dari total laba bersih Unilever tahun buku 2012 atau naik 16% dari dividen tahun sebelumnya sebesar Rp 546 per saham. Perseroan membagikan sisa dividen tunai sebesar Rp 334 per saham pada 16 Juli 2013 dan sebelumnya telah membayar dividen interim sebesar Rp 300 per saham. r Unilever Indonesia (UNVR) belum berencana untuk memecah nilai nominal saham (stock split). Perseroan menilai masih banyak opsi untuk meningkatkan jumlah saham publik dan meningkatkan likuiditas sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI). r Unilever Indonesia (UNVR) telah menyerap belanja modal (capex) sebesar Rp 300 miliar pada kuartal I 2013 atau 30% dari total capex sebesar Rp 1 triliun. Dana Rp300 miliar tersebut dialokasikan untuk peningkatan kapasitas pabrik guna mendongkrak produksi perseroan. Perseroan menargetkan peningkatan kapasitas produksi 10%-15% per tahun. r Unilever Indonesia (UNVR) menganggarkan belanja modal (capex) tahun 2013 sebesar Rp 1 triliun, menurun dibandingkan tahun 2012 sebesar Rp 1,2 triliun, karena ekspansi yang dilakukan perseroan tahun 2013 tidak akan banyak. Hingga kuartal I 2013, perseroan telah merealisasikan belanja modal hingga Rp 300 miliar atau sekitar 30% dari alokasi belanja modal tahun 2013. Belanja modal tersebut akan dipergunakan perseroan untuk peningkatan kapasitas produksi, khususnya pabrik home and personal care serta pabrik food and beverages. Anggaran belanja modal yang lebih sedikit juga dikarenakan perseroan menilai kapasitas produksi kedua pabrik tersebut masih menjadi pekerjaan rumah tangga bagi perseroan. Perseroan menargetkan secara keseluruhan kapasitas produksi naik 10%-15% per tahun. r Manajemen Unilever Indonesia (UNVR) sudah menyiapkan beberapa langkah antisipasi atas rencana kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi serta perkiraan lonjakan inflasi yang akan terjadi yang diperkirakan akan berdampak pada biaya produksi perseroan. Beberapa strategi terkait rencana kenaikan tersebut antara lain adalah efisiensi biaya-biaya internal hingga 2,5% serta terus mendorong produk-produk campurannya (mix product) untuk meningkatkan margin. Apabila upaya tersebut tidak bisa menutup kekurangan biaya produksi, perusahaan akan mengambil kebijakan menaikkan harga produknya. Sebelumnya perseroan telah menaikkan harga produk sebesar 4%-5%.